Haji dan Kesetaraan: Perspektif Filosofis tentang Persaudaraan Universal
5 mins read

Haji dan Kesetaraan: Perspektif Filosofis tentang Persaudaraan Universal

Ibadah haji, rukun Islam kelima yang diwajibkan bagi umat Islam yang mampu, lebih dari sekedar perjalanan fisik menuju Baitullah di Makkah. Ia adalah sebuah simfoni spiritual yang menggabungkan dimensi historis, ritualistik, dan filosofis dalam satu pengalaman transformatif. Salah satu nilai filosofis terpenting yang terkandung dalam ibadah haji adalah konsep kesetaraan ( musawah ) dan persaudaraan universal ( ukhuwah islamiyah ). Dalam momen-momen krusial pelaksanaan haji, seperti mengenakan pakaian ihram yang sederhana, melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah, dan wukuf di Arafah, tersirat pesan mendalam tentang derajat kesetaraan manusia di hadapan Allah SWT, tanpa memandang ras, suku, bangsa, status sosial, atau kekayaan. Esensi kesetaraan ini tidak hanya berlaku dalam konteks ritual ibadah, tetapi juga meluas menjadi landasan etika dan moral dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis.

Pentingnya kesetaraan dalam Islam ditegaskan berkali-kali dalam Al-Quran dan hadis. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِير

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa perbedaan ras, suku, dan bangsa tidak menjadi ukuran kemuliaan seseorang di hadapan Allah. Yang menjadi tolok ukur adalah ketakwaan, yaitu kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan dan penerapan nilai-nilai luhur Islam dalam tindakan sehari-hari. Dalam khutbah Wada’ (khutbah perpisahan) yang disampaikan Rasulullah SAW saat melaksanakan haji terakhirnya, beliau juga menekankan pentingnya kesetaraan dan persaudaraan:

(يا أيها الناس، إن ربكم واحد، وإن أباكم واحد، كلكم لآدم، وآدم من تراب

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian satu, dan bapak kalian satu. Kalian semua berasal dari Adam, dan Adam dari tanah.”

Hadis ini menegaskan bahwa semua manusia memiliki asal-usul yang sama, yaitu Adam AS, dan oleh karena itu, tidak ada alasan untuk merasa lebih unggul atau memberdayakan orang lain. Konsep kesetaraan dalam Islam bukan berarti menghapuskan perbedaan, tetapi lebih mengakui dan menghargai perbedaan tersebut sebagai bagian dari ciptaan Allah, sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Ibadah haji menjadi laboratorium nyata bagi implementasi nilai-nilai kesetaraan dan persaudaraan. Ketika jutaan jamaah dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Makkah, mereka mengenakan pakaian ihram yang sama, yang menghilangkan segala simbol status dan kekayaan. Tidak ada lagi perbedaan antara raja dan rakyat biasa, antara orang kaya dan orang miskin. Semua berbaur menjadi satu dalam balutan kain putih sederhana, menyuarakan talbiyah yang sama:

(لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ

Artinya: “Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat, dan kerajaan adalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”

Talbiyah ini adalah deklarasi ketundukan total kepada Allah SWT, yang menyatukan hati dan pikiran seluruh jamaah dalam satu tujuan yang sama, yaitu mencari ridha Allah. Dalam momen tawaf, jamaah mengelilingi Ka’bah tanpa memandang jabatan atau status sosial. Semua berdesakan, berdoa, dan berharap ampunan Allah. Begitu pula dalam wukuf di Arafah, jutaan jamaah berdiri di hadapan Allah dengan pakaian yang sama, berdoa dengan khusyuk, memohon ampunan, dan membayangkan makna kehidupan. Pemandangan ini adalah perwujudan nyata dari kesetaraan dan persaudaraan universal, di mana semua manusia merasa setara di hadapan Sang Pencipta.

__________________________

Baca Juga

__________________________

Namun, tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini adalah bagaimana menginternalisasi nilai-nilai kesetaraan dan persaudaraan yang terkandung dalam ibadah haji ke dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang, semangat persaudaraan yang berkobar-kobar saat berada di tanah suci luntur begitu kembali ke tanah air. Diskriminasi, intoleransi, dan konflik antar kelompok masih menjadi masalah serius yang menghantui dunia Islam. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk tidak hanya memahami ibadah haji sebagai ritual formal, tetapi juga sebagai proses transformasi spiritual yang berkelanjutan. Nilai-nilai kesetaraan dan persaudaraan harus diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari hubungan antar individu, keluarga, masyarakat, hingga hubungan antar bangsa.

Secara filosofis, ibadah haji mengajarkan kita untuk memandang setiap manusia sebagai bagian dari satu keluarga besar kemanusiaan. Kita semua adalah hamba Allah yang memiliki hak dan martabat yang sama. Perbedaan yang ada di antara kita seharusnya menjadi sumber kekayaan dan inspirasi, bukan menjadi alasan untuk saling membenci dan menyakiti. Konsep persaudaraan universal dalam Islam tidak hanya terbatas pada sesama umat Islam, tetapi juga mencakup seluruh umat manusia. Islam mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan agama, budaya, dan keyakinan. Toleransi dan dialog adalah kunci untuk membangun hubungan yang harmonis antar umat beragama.

Sebagai penutup, ibadah haji adalah sebuah momentum penting untuk merefleksikan makna kesetaraan dan persaudaraan universal dalam Islam. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, kita dapat berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan sejahtera. Haji bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang perjalanan spiritual menuju kesempurnaan diri dan peningkatan kualitas hubungan dengan sesama manusia. Semoga Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam ibadah haji dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

Author