Meniti Jalan Islam Moderat ASWAJA di Tengah Badai Fitnah dan Faham Ekstrimis Wahabiyin
Di tengah riuhnya dunia maya, opini tentang Islam semakin menjadi sorotan, memperdebatkan nilai-nilai tradisi dan ke-islaman di Nusantara yang kental dengan toleransi dan keberagamannya, sehingga dalam dinamika Islam kontemporer, tantangan terbesar bagi umat Islam moderat ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) di Nusantara adalah menjaga identitas dan tradisi keislaman di tengah gempuran opini ekstrimisme yang membabi buta.
Ulama Aswaja, NU, santri, dan pesantren sering kali menjadi sasaran empuk dalam serbuan isu-isu miring, pemelintiran fakta, dan fitnahan yang menyudutkan tradisi Islam Nusantara, seperti majelis sholawat yang dianggap hanya hiburan tidak ada manfaatnya dan berbagai amaliah lainnya yang dianggap musyrik, dholalah, Sayyiah oleh pihak-pihak yang mempunyai pemahaman Wahabiyin.
Di antara umat Islam, terdapat beragam pemahaman dan pendekatan terhadap praktik keagamaan. Namun, bagi kaum Wahabi, pendekatan yang kaku dan sering kali eksklusif menjadi ciri khasnya. Mereka cenderung menilai segala sesuatu dari sudut pandang yang sempit, tanpa memperhatikan konteks budaya dan tradisi lokal.
Baca Juga
Namun, penting untuk diakui bahwa tradisi Islam moderat ASWAJA, yang diwariskan oleh ulama Nusantara seperti KH. Hasyim Asy’ari, dan para Wali Songo, telah membuktikan keberhasilannya dalam menjaga keberagaman dan harmoni di Nusantara selama berabad-abad. Mereka memandang Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin yang mengajarkan kasih sayang, toleransi, dan kedamaian.
Tidak hanya itu, tantangan ekstrimisme juga termanifestasi dalam fitnah-fitnah keji terhadap pesantren yang berhaluan Aswaja khususnya Nahduyyin, di mana pesantren ini seringkali digambarkan sebagai tempat yang kurang proporsional, mereka memetakannya seolah-olah mayoritas pesantren yang berhaluan Nahdiyyin adalah cemar baik dari kasus-kasus pelecehannya, pembuliannya, dan berbagai tindakan kekerasan lainnya. Fitnah semacam ini tidak hanya merusak citra pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang mulia, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap peran penting pesantren dalam mendidik generasi Islam yang berkualitas.
Selain itu akhir-akhir ini di media khususnya youtub tiktok dsb, ulama pun tidak luput dari fitnah yang dilemparkan kepadanya. Serangan terhadap karakter dan integritas seringkali menjadi senjata bagi pihak-pihak yang ingin mengguncang kestabilan dan otoritas ulama yang berfaham Aswaja dalam memimpin umat. Seperti serangan kepada Tuan Guru Sekumpul, Habib Umar Al-Hafidz, dan ulama berfaham Aswaja lainnya. Fitnah-fitnah ini tidak hanya mencemarkan nama baik ulama, tetapi juga membahayakan keberlangsungan tradisi keilmuan dan spiritualitas Islam yang Rahmatan Lil Al-Amin.
Oleh karena itu, sebagai umat Islam moderat, kita harus bersama-sama menghadapi tantangan ini dengan kepala dingin dan hati yang lapang. Mari kita terus menjaga solidaritas dan kesatuan di antara umat, memperkuat pendidikan agama yang komprehensif, dan mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, serta rasa saling menghormati. Hanya dengan cara ini, kita dapat meniti jalan yang benar dalam merespons ekstrimisme dan fitnah yang mengancam persatuan dan keberagaman umat Islam.
Sebagai penutup, mari kita bersama-sama mengambil inspirasi dari pendekatan bijak ulama Nusantara dan para pendahulu kita. Dengan menjaga tradisi Islam moderat ASWAJA yang kokoh dan inklusif, kita dapat meniti jalan yang penuh cahaya dalam menghadapi tantangan ekstrimisme di era ini. Semoga, dengan pemahaman yang lebih mendalam dan sikap yang lebih terbuka, kita dapat mencapai kedamaian dan keselarasan di antara umat Islam.
One thought on “Meniti Jalan Islam Moderat ASWAJA di Tengah Badai Fitnah dan Faham Ekstrimis Wahabiyin”