Tafsir: Kisah Cinta Tsauban
Tsauban adalah salah satu khadim Rasulullah ﷺ yang kemudian dimeredekakan. Rasulullah ﷺmembelinya dan kemudian membebaskannya. Dia dahulu seorang penduduk Yaman yang menjadi tawanan Ketika terjadi perang di zaman Jahiliah, kemudian menjadi budak selanjutnya dimerdedakan dan dibebaskan oleh Rasul ﷺ.
Tsauban sangat mencintai dan menyayangi Rasulullah ﷺ, Tsauban tidak mau jauh dengan Rasulullah ﷺ, dia ingin selalu mendampingi Rasulullah ﷺ kapan pun dan dimanapun, ia selalu berusaha sebisa mungkin untuk bisa mendampingi Rasulullah ﷺ.
Pada saat Tsauban datang menemui Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ mendapatinya dalam keadaan bersedih, merana dan kehilangan berat badan, Rasul ﷺ bertanya kenapadanya tentang keadaannya, Tsauban menjawab,
“Saya sebenarnya tidak sakit apa-apa Rasul ﷺ, hanya saja saya Ketika lama tidak melihatmu, saya merasa rindu, merasa sangat sedih, sehingga saya bisa melihatmu,
kemudian saya teringat tentang akhirat, saya khawatir tidak lagi dapat melihatmu di sana, karena saya tahu, derajatmu tinggi bersama para Nabi-Nabi yang lain, kalaupun saya masuk surga, tempat saya tidak akan sama dengan tempatmu wahai Rasul ﷺ, dan kalau saya masuk neraka, pasti itulah masa dimana saya tidak akan melihatmu lagi selama-lamanya.
Dari kisah ini, turunlah ayat:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Siapapun yang menaati Allah dan Rasulnya (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, orang-orang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah sabaik-baiknya teman.
Ayat ini memberikan harapan kepada semua hamba Allah apabila ingin bersama dengan para nabi kelak di akhirat, ingin bersama para orang-orang baik atau jujur, para orang-orang saleh maka berusahalah untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya.
وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Mereka itulah teman berkumpul yang baik.
Artinya, kalau kita ingin bersama mereka kelak di akahirat, hendaklah membiasakan diri bersama dengan para nabi di dunia, kalau tidak bisa, maka orang-orang yang meneladani para nabi, seperti mereka yang perkataan dan perbuatannya jujur, orang-orang yang suka berjuang, belajar dan mengajar, karena mereka calon mati syahid, dan membiasakan diri meniru dan membersamai orang-orang shaleh.
Para Nabi adalah mereka yang beruntung dianugerahi ilmu dan amal dan sampai pada puncak kesempurnaan.
Para siddiqin adalah mereka yang pandangannya tepat dalam memahami hujah-hujah dan ayat-ayat Allah. disamping itu, mereka yang sudah berhasil membersihkan hati, melakukan riyadlah sampai mendapati maqam makrifat, melihat sesuatu dengan hak.
Para syuhada adalah mereka yang totalitas berjuang untuk menegakkan kebenaran.
Prasa salihin adalah mereka yang mengabiskan umur dan harta mereka untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah, semata-mata mencari keridhaannya.
Semoa kita bisa bersama mereka, di dunia sampai di akhirat nanti. Amin.[1]
[1] Imam al-Baidhāwī al-Baidhāwī, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Juz 1 (al Maktabah al-Tawfiqiyyah, 2016).