Pahlawan Sejati: Tafsir Ayat-Ayat Resolusi Jihad
3 mins read

Pahlawan Sejati: Tafsir Ayat-Ayat Resolusi Jihad

Allah bersirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوْا ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا ۝٧
وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّۚ فَاِنْ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالَ قَدْ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيَّ اِذْ لَمْ اَكُنْ مَّعَهُمْ شَهِيْدًا ۝٧
وَلَىِٕنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَقُوْلَنَّ كَاَنْ لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا ۝٧

Sebelum melihat dan menjelaskan tafsir dari tiga ayat di atas, akan dijelaskan terlebih dahulu apa makna dari jihad. Jihad adalah usaha untuk melawan hal-hal yang menghalangi cita-cita mulia seperti berusaha berubah dari keadaan porak-poranda menjadi aman dan sejahtera, cerai-berai menjadi menyatu padu, malas menjadi semangat dan lainnya. Dengan arti lain, jihad disini adalah berusaha dengan semaksimal mungkin agar bisa menghindari keadaan dan kegiatan yang bernilai negative menuju keadaan dan kegiatan yang bernilai positif, atau dari keadaan yang positif menuju keadaan lebih positif. Mereka yang berhasil melewati hal ini pantas dikatakan pahlawan.

Dalam ayat diatas dimulai dengan kata panggilan kepada orang-orang yang beriman, agar memperisapkan segala hal, mulai mental sampai bekal perjuangan:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا خُذُوْا حِذْرَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu sekalian bersiap siaga dengan menyiapkan iman yang teguh,  tekad yang kuat, dan senjata yang lengkap.

Ingin belajar atau mencari ilmu, siapkan hati yang bersih, siapkan telinga untuk mendengar penjelasan, siapkan tenaga agar tidak lemas dan siapkan segala hal yang dibutuhkan, jangan malas, lawanlah rasa malas itu.

Ingin berjamaah, tinggalkan sementara semua aktifitas lainnya, segera berwudlu, segera melangkahkan kaki menuju ke masjid, tenangkan fikiran, ingatlah pada para pejuang agama yang telah sukses, bahwa mereka jarang absen shalat berjamaah, bahkan bisa dikatakan tidak pernah absen, karena shalat jamaah akan menjadi penguat hati, penguat kekompakan dan penguat mental yang lemah.

Ingin berperang, hilangkan rasa takut, pelajari siasat perang, yakinlah bahwa mukmin yang berperang akan senantiasa menang atau senantiasa mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, yaitu menang membawa harta rampasan atau mati syahid dengan janji kebahagiaan dengan mendapatkan tempat di surga yang lebih nyaman.

فَانْفِرُوْا ثُبَاتٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا 

Segeralah berangkat menuju tugas dan amanah baikmu dari tuhan atau arahan dari atasan, tidak masalah kamu berangkat menuju kebaikan dalam keadaan sendiri-sendiri (ثُبَاتٍ) atau berkelompok-kelompok, Bersama-sama (جَمِيْعًا). Bagi orang yang terlatih, dia tetap bisa semangat melangkahkan kaki menuju kebaikan, seperti melangkah menuju jamaah, walapun sendirian dan berada dikomunitas manusia-manusia pemalas.

وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّۚ

Dan Ingatlah, sungguh sebagian diantara kalian ada orang munafik yang hanya ingin membuat semangatmu lemah, membuatmu kendor, membuatmu tidak semangat melakukan ke-isqamahan dalam melakukan kebaikan.

فَاِنْ اَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالَ قَدْ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيَّ اِذْ لَمْ اَكُنْ مَّعَهُمْ شَهِيْدًا 

Mereka (orang-orang munafik) hanya akan mengatakan padamu, apabila kamu mendapatkan rintangan (musibah) di Tengah-tengah usaha baikmu, ditengah-tengah perjuanganmu,

“Sungguh Allah telah meberikanku anugerah yaitu tidak ditimpa musibah sepertimu, untung aku tidak ikut serta berangkat berjuang bersamamu yang hanya melelahkan. Seandainya aku ikut berjuang bersamamu, mungkin aku akan ditimpa musibah sepertimu.”

 Ucapan ini hanya untuk membuat mereka yang rajin, yang semangat, yang berjuang sakit hati dan merasa menyesal karena capek-capek melakukan kebaikan yang dianggap tidak bermanfaat.

وَلَىِٕنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَقُوْلَنَّ

Selain perkatan itu, apabila orang-orang munafik melihat keberhasilan yang diperoleh orang-orang mukmin-dengan rasa iri dan ingin melemahkan persaudaraan Nabi dengan para sahabat-mereka akan mengatakan,

كَاَنْ لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا 

Kenapa Muhammad tidak mengajak seluruh sahabatnya untuk berperang, sehingga sama-sama mendapatkan keberuntungan yang besar, kok seolah-olah Muhammad dan kamu tidak ada hubungan apa-apa, tidak memiliki ikatan persahabatan yang baik sehingga tidak diajak bersama-sama untuk berjuang. Hal semacam ini diucapkan agar mereka saling menyalahkan.[1]

Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa melawan rasa malas, rasa takut agas bisa semangat dalam melaksanakan kebaikan. Tidak ada kebaikan yang sia-sia, baik diketahui oleh orang lain atau tidak. Allah maha tahu, dan diam aha pemberi balasan.


[1] Imam al-Baidhāwī al-Baidhāwī, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Juz 1 (al Maktabah al-Tawfiqiyyah, 2016).

Author