Hakikat Cinta dalam Perspektif Tafsir Asy-Sya’rawi
Tafsir Asy-Sya’rawi adalah karya monumental dari seorang ulama besar Mesir, Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi, yang dikenal dengan pandangan-pandangannya yang mendalam dan relevan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk cinta. Untuk memahami hakikat cinta dalam perspektif Tafsir Asy-Sya’rawi, kita perlu melihat bagaimana beliau mengaitkan konsep cinta dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
- Cinta sebagai Rahmat Ilahi
Asy-Sya’rawi sering menekankan bahwa cinta adalah salah satu manifestasi dari rahmat Allah. Dalam berbagai ayat Al-Qur’an, cinta (mahabbah) digambarkan sebagai sesuatu yang suci dan murni yang berasal dari Allah dan diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Misalnya, dalam Surah Al-Rum ayat 21,
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةًۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Dalam ayat tersebut, Allah berfirman tentang penciptaan pasangan bagi manusia untuk menemukan sakinah (ketenangan) dan meletakkan rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Asy-Sya’rawi menafsirkan bahwa cinta dalam konteks ini adalah bagian dari rahmat dan berkah Allah yang ditujukan untuk menciptakan harmoni dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
- Cinta sebagai Ujian
Asy-Sya’rawi juga menjelaskan bahwa cinta bisa menjadi ujian bagi manusia. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 165
ومنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِۙ وَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada di antara manusia yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Tafsir Asy-Sya’rawi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam cinta, di mana cinta kepada Allah harus menjadi yang utama dan mendominasi cinta kepada makhluk lainnya. Cinta kepada sesama manusia harus selalu berada dalam bingkai kecintaan kepada Allah, sehingga tidak mengarah kepada penyembahan berhala modern dalam bentuk apapun.
__________________________
Baca Juga
- Mengenal Ilmu Studi Quran : Dari Zaman Klasik Hingga Kontemporer
- Mendidik dengan Hati, Cinta dan Doa Ala Rasulullah Saw
- Mengurai Keutamaan 10 Hari Bulan Dzulhijjah dalam Al-Quran dan Hadits
- Dilema Perjodohan: Menyelami Perspektif Islam Antara Cinta, Ketaatan, dan Kebahagiaan
- Masih Belum Terlambat, Kiat Berburu Malam Lailatul Qadr
- Antara Pengetahuan Konseptif dan Asensif
__________________________
- Cinta dan Akhlak
Dalam pandangan Asy-Sya’rawi, cinta juga berkaitan erat dengan akhlak dan perilaku manusia. Cinta yang sejati harus diwujudkan dalam bentuk tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, kesabaran, pengorbanan, dan keadilan. Beliau menekankan bahwa cinta tidak hanya sekadar perasaan, tetapi juga tanggung jawab dan komitmen untuk berbuat baik kepada orang yang dicintai, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam interaksinya dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya.
- Cinta kepada Rasulullah SAW
Asy-Sya’rawi juga menyoroti pentingnya cinta kepada Rasulullah SAW sebagai bagian dari iman. Beliau menafsirkan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad SAW adalah cermin dari cinta kepada Allah, karena Nabi adalah utusan yang membawa risalah-Nya. Mengikuti sunnah dan menghidupkan ajaran-ajaran Nabi adalah bentuk nyata dari cinta kepada beliau, yang pada gilirannya akan mendekatkan seseorang kepada Allah.
- Cinta sebagai Motivasi untuk Berbuat Baik
Cinta dalam pandangan Asy-Sya’rawi juga merupakan motivasi kuat untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Dalam tafsirnya, beliau sering mengaitkan cinta dengan ibadah dan amal shaleh. Cinta kepada Allah seharusnya mendorong seseorang untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh keikhlasan.
Secara keseluruhan, Tafsir Asy-Sya’rawi menggambarkan cinta sebagai konsep yang kompleks dan multidimensional, yang mencakup cinta kepada Allah, sesama manusia, dan Rasulullah SAW. Cinta menurut Asy-Sya’rawi adalah kekuatan yang membangun, menjaga keseimbangan, dan mengarahkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat dengan Sang Pencipta.