Tuhan Tetap Ada Meskipun Tidak Bersifat Empiris
Akhir akhir ini sedang boming tentang perdebatan antara guru gembul dan Ustadz Nuruddin tentang akidah Islam apakah ilmiah atau hanya dogma semata. Kedua belah pihak sudah sama sama memaparkan argumentasinya masing-masing, namun dengan alasan apapun tetap saja Ustadz Nuruddin yang lebih mendominasi forum perdebatan disebabkan beliau dalam perdebatannya membawa segudang refrensi sedangkan guru gembul dalam narasinya acap kali berkata “Menurut saya”.
Saya sebagai komentator bermaksud untuk mengomentari dan sedikit menjawab pertanyaan guru gembul yang menurut saya agak menarik untuk diteliti dan dijawab.
Pada sesi guru gembul melontarkan pertanyaan, beliau berkata “cara membuktikan keberadaan manusia adalah dengan melihatnya, sehingga pembuktian tentang keberadaan manusia bersifat empiris, lantas cara membuktikan keberadaan tuhan kenapa tidak diempiriskan sebagaimana manusia, dan kenapa tuhan dikatakan ada meskipun tidak bisa di indera?” Kurang lebihnya seperti itu pertanyaan guru gembul yang dilontarkan kepada ustadz Nuruddin.
Saya tertarik untuk menjawab pertanyaan tersebut, dibalik karena memang pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang bersifat fondasional sekaligus karena video dari pertanyaan itu sering kali FYP di akun tiktok saya.
_________________________
Baca Juga
- Media Mengenal Allah SWT
- Dua Do’a Dalam al-Qur’an Untuk Mensyukuri Kemerdekaan
- IKN dan Jokowi: Tala’ah Geografis Al Mansur dan Ibu Kota Baghdad
- Hakikat Cinta dalam Perspektif Tafsir Asy-Sya’rawi
- Mengenal Ilmu Studi Quran : Dari Zaman Klasik Hingga Kontemporer
- Mendidik dengan Hati, Cinta dan Doa Ala Rasulullah Saw
_________________________
Sebelum menjawab pertanyaan ini harus diketahui terlebih dahulu tentang perbedaan manusia dan tuhan atau makhluk dan Khaliq. Manusia merupakan sesuatu yang bersifat opsional (mumkin), dengan artian; bisa jadi ada dan bisa jadi tidak ada, dikatakan sedemikian karena memang manusia keberadaannya tidak tertolak akal dan ketiadaannya juga tidak tertolak oleh akal. sehingga, untuk membuktikan keberadaannya maka harus menyertakan bukti atau argumentasi, salah satu argumentasi untuk membuktikan keberadaan adalah meng-indera atau meneliti secara empiris jika sesuatu tersebut bersifat materi. Berhubung manusia bersifat materi, maka pembuktian keberadaannya adalah dengan cara dilihat, di tatap ataupun diraba. Seandainya sesuatu yang mungkin (opsional) tersebut tidak bersifat materi seperti malaikat dan jin maka cara membuktikan keberadaannya menggunakan Wahyu tuhan. Sehingga bukti bahwa malaikat ada adalah Wahyu tuhan. Lantas bagaimana dengan Nyi Roro kidul? Bagaimana cara membuktikan keberadaannya? Menurut hemat saya, nyi Roro kidul tidak ada karena pembuktian secara empiris maupun rasional atau menggunakan Wahyu sekalipun tidak mengatakan bahwa dia ada.
Sekarang kita akan membahas bukti keberadaan tuhan. Tuhan merupakan sesuatu yang tidak bersifat materi, namun tidak seperti malaikat dan juga tidak seperti jin ataupun lainnya. Keberadaan manusia bersifat opsional, begitu juga jin ataupun malaikat, tiga makhluk ini bisa jadi ada dan juga bisa jadi tidak ada, dengan artian antara ada dan keriadaannya akal manusia tidak membantah. Sedangkan tuhan keberadaannya merupakan sebuah keharusan, karena jika tuhan dikatakan tidak ada, lantas siapa yang menciptakan alam? Apakah alam ada dengan sendirinya? Atau bagaimana? Jika tuhan tidak ada maka manusia harus memaksakan diri untuk tidak percaya pada hukum kausalitas (sebab akibat), sedangkan hukum kausalitas sudah diamini oleh semua orang yang memiliki akal sehat, berhubung keberadaan tuhan merupakan sebuah keharusan karena jika tuhan tidak ada maka akan terjadi hal yang tidak diterima oleh akal yaitu ketiadaan hukum kausalitas maka pembuktiannya tidak usah melangkah pada fase empirisme, tapi cukup berhenti pada titik keharusan keberadaan tuhan.
Manusia harus dilihat untuk di berikan atribut kata ada karena manusia merupakan sesuatu yang mungkin (mungkin ada dan mungkin tidak ada), sedangkan tuhan tetap dikatakan ada meskipun tidak bisa dibuktikan secara empiris karena keberadaannya merupakan sebuah kewajiban (harus ada dan jika dikatakan tidak ada maka akal menolak) karena bertolak belakang dengan hukum kausalitas.
Pada intinya: meskipun tuhan tidak bisa dibuktikan secara empiris tapi keberadaan tuhan sebuah keharusan karena tuhan yang menjadi atas keberadaan alam.