Tafsir Surah al-Nisa 32: Obat  Hati Yang Terjangkit Penyakit Hasud
3 mins read

Tafsir Surah al-Nisa 32: Obat  Hati Yang Terjangkit Penyakit Hasud

ليس الإيمان بالتمني

Angan-angan bukan tahapan untuk mencapai harapan

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَۗ وَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا ۝٣

Jangan berangan-angan dengan mengharap nikmat Allah yang diberikan kepada sebagian atas sebagian yang lain, dari hal-hal yang berupa duniawi seperti pangkat, harta benda, yang sebernarya semua itu hanya hiburan seperti halnya kebutuhan hiburan anak kecil untuk bermain, karena boleh jadi tidak mendapatkan hal semacam itu, lebih baik daripada mendapatkannya karena alasan tertentu.

Misal ada seseorang ingin memiliki rumah yang lebih indah, atau kendaraan yang lebih mewah, sebelum dia memiliki barang-barang mewah, dia rajin ibadah, rajin shalat sunnah, rajin ke tempat-tempat taklim mendengarkan ceramah, rajin membaca al-Qur’an dan shalawat Bersama ummah, namun setelah memperoleh semua yang dia inginkan, dia menjadi malas-malasan, karena benda-benda duniawinya sudah menjadi hiburan menemani aktivitas keseharian, sudah tidak merasa nyaman ikut ngaji bersama teman, bahkan sudah tidak mementingkan kewajiban.

________________

Baca Juga

Lihatlah nikmat yang ada pada diri kita, sebelum melihat nikmat yang ada pada selai kita, terkadang bukan masalah kelebihan nikmat yang ada pada sesama, akan tetapi nikmat yang yang dimiliki oleh mereka, berbeda dengan nikmat yang dimiliki oleh kita, karena hikmah dibalik berbedanya nikmat diantara kita.

Hasud terhadap nikmat yang dimiliki orang lain, itu tanda seseorang tidak memahami rahasia tuhan dibalik takdir rabbil alamin. Apabila dia ingin sesuatu yang mengharuskan dia bekerja sedangkan dia hanya berangan-angan saja, tanpa adanya usaha, hal demikian merupakan perilaku yang sia-sia dan dia  telah membuang waktunya yang berharga.

لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَۗ

Ayat ini menjelaskan bahwa masing-masing laki-laki dan perempuan, sama-sama memiliki kelebihan, dan masing-masing dari mereka akan memperoleh hasil dari apa yang sudah pernah mereka usahakan (Kasab), maka berusahalah untuk menggapai semua keinginan, dengan amal bukan dengan angan-angan, ingin alim dengan belajar, ingin sampai tujuan dengan melangkah bahkan mengjar, minumlah kalun ingin segar, makan kalau ingin menghilangkan rasa lapar.

فاطلب الفضل من الله تعالى بالعمل لا بالحسد والتمني كما قال عليه الصلاة والسلام { ليس الإيمان بالتمني}

Carilah karuna Allah dengan amal dan iman, bukan dengan hasud dan angan-angan, karena Nabi Sallalahu Alayhi Wasallah bersabdah sebagai arahan, bahwa “Iman tidak bisa diperoleh dengan angan-angan), maksudnya dibalik bertambahnya iman atau nikmat itu ada amal yang harus diusahakan.

وَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖۗ

Memohonlah kepada Allah yang memiliki pembendaharaan, harta yang tidak akan pernah habis karena diminta oleh semua makhluk sepanjang zaman. Ayat menunjukan larangan ber-hasud pada nikmat yang dimilik oleh orang lain, atau larangan berangan-angan. Akan tetapi apabila ingin memperoleh sesuatu makan memohonlah kepada Allah dan berusahalah dengan melakukan tahapan langkan untuk mencapai harapan.

اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Sesunguhnya Allah maha tahu siapa saja dari hamba-habanya yang pantas dan kuat memiliki kelebihan, seperti ilmu atau lainnya berupa kemikmatan, yang tidak kuat apabila kelebihan itu diamanahkan kepada semua hamba tanpa ada pemetaan.

Dalam riwayat dijelaskab bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ummu Salamah yang matur kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, para lelaki berperang dan kami perempuan tidak, kami juga mendapat separuh warisan harta dari apa yang diperoleh oleh para lelaki”, maka turunlah ayat ini.

Semoga dengan sering membaca ayat ini kita lebih focus untuk memperoleh Ridha dan nikmat Allah dan tidak sibuk melihat nikmat orang lain. Fokus beramal dan usaha lebih mendekatkan kita pada harapan, daripada hanya berangan-angan dan hasud pada nikmat orang. Wallahu A’lam.[1]


[1] Nasiruddin Said Abdullah Bin Umar Bin Muhammad al-Shairazy al-Baydlawi, Tafsir Baydlawi Juz 1 236.

Author