Masih Belum Terlambat, Kiat Berburu Malam Lailatul Qadr
Bulan Ramadan tahun tahun ini belum usai, masih tersisah beberapa hari lagi sebelum hari raya Idul Fitri. Rasulullah menganjurkan para sahabat agar mencari Lailatul Qadr pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Lantas masih bisakah kita mengejarnya, sedangkan kita sudah akan menginjak malam ke-26?
Tidak ada yang bisa memastikan bahwa malam esok adalah Lailatul Qadr, sebagaimana tidak ada yang dapat menjamin bahwa Lailatul Qadr telah terjadi pada malam-malam kemarin. Jadi selama kita masih berada di bulan suci Ramadan maka kesempatan untuk menjumpai Lailatul Qodr mungkin saja terjadi.
Al-Imam Muslim pernah meriwayatkan sebuah hadith yang berkaitan dengan hal ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ يَلْتَمِسُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ قَبْلَ أَنْ تُبَانَ لَهُ فَلَمَّا انْقَضَيْنَ أَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَقُوِّضَ ثُمَّ أُبِينَتْ لَهُ أَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَأَمَرَ بِالْبِنَاءِ فَأُعِيدَ ثُمَّ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهَا كَانَتْ أُبِينَتْ لِي لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَإِنِّي خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِهَا فَجَاءَ رَجُلَانِ يَحْتَقَّانِ مَعَهُمَا الشَّيْطَانُ فَنُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ الْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ قَالَ قُلْتُ يَا أَبَا سَعِيدٍ إِنَّكُمْ أَعْلَمُ بِالْعَدَدِ مِنَّا قَالَ أَجَلْ نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْكُمْ قَالَ قُلْتُ مَا التَّاسِعَةُ وَالسَّابِعَةُ وَالْخَامِسَةُ قَالَ إِذَا مَضَتْ وَاحِدَةٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ وَهِيَ التَّاسِعَةُ فَإِذَا مَضَتْ ثَلَاثٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا السَّابِعَةُ فَإِذَا مَضَى خَمْسٌ وَعِشْرُونَ فَالَّتِي تَلِيهَا الْخَامِسَةُ.
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah iktikaf pada sepuluh malam pertengahan bulan Ramadan untuk mencari Lailatul Qadr sebelum hal itu dijelaskan pada beliau. Setelah sepuluh malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskanlah kepada beliau, bahwa Lailatul Qadr ada pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali. kemudian beliau keluar dan menemui orang-orang dan bersabda, “Wahai sekalian manusia, sungguh, telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadr, dan aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun kemudian datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani oleh setan. Sehingga Lailatul Qadr terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, carilah Lailatul Qadr pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (dalam sepuluh malam terakhir itu).” Seseorang berkata, “Wahai Abu Sa’id! Kamu tentu lebih tahu bilangan itu daripada kami.” Abu Sa’id menjawab, “Tentu, kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian.” Orang itu bertanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan malam ke sembilan, ketujuh dan kelima?” ia menjawab, “Jika malam kedua puluh satu telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke dua puluh dua, dan itulah yang dimaksud dengan malam ke sembilan. Dan apabila malam ke dua puluh tiga telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke tujuh, dan jika malam ke dua puluh lima telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke lima.”
Dari penggalan akhir hadits tersebut kita bisa memahami, bahwa Lailatul Qadr kemungkinan besarnya terjadi pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Dan Nabi mengisyaratkan agar mencarinya di hitungan ke-9, ke-7 dan ke-5 dari 10 hari tersebut. Uniknya, isyarat ini mengandung multi-tafsir karena tidak menutup kemungkinan bulan Ramadan hanya sebanyak 29 hari, begitu juga bisa jadi genap sampai 30 hari. Jadi tiga angka yang telah diisyaratkan Nabi tadi bisa saja terjadi di malam-malam ganjil, begitu pula bisa saja terjadi pada malam-malam genap.
Baca Juga
Oleh karena itu, sahabat Abu Sa’id al-Khudri ketika ditanya cara memahami isyarat angka tersebut, beliau menjelaskan demikian, “Jika malam ke-21 sudah berlalu maka berikutnya adalah malam ke-22, dan itulah yang dimaksud angka ke-9. Jika malam ke-23 telah berlalu maka berikutnya (malam ke-24) adalah yang dimaksud angka ke-7. Dan jika sudah lewat malam ke-25 maka berikutnya (malam ke-26) adalah maksud dari angka ke-5”. Maka dari itu dua kemungkinan yang terlihat berbeda ini bisa saja sama-sama benar. Jadi kita tidak perlu putus asa karena semisal terlewatkan satu malam ganjil di bulan Ramadan ini, selama dimungkinkan Lailatul Qadr terjadi di malam genap. Dan perbedaan pendapat apakah Lailatul Qadr itu terletak di malam ganjil atau pun genap merupakan permasalahan yang masyhur di kalangan para ‘Ulama.
Kemudian bagaimanakah kiat untuk menghidupkan Lailatul Qodr? Tentu setiap orang berbeda-beda dalam mengisi malamnya untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadr. Setidaknya berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dikerjakan untuk menghidupkan malam Lailatul Qadr menurut al-Imam al-Bajuri:
أعلى مراتب إحياء ليلة القدر أن يحيي كل الليل بأنواع العبادة كالصلاة والقراءة وكثرة الدعاء المشتمل على قوله: (اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني)
- Maksimal nya adalah menghidupkan sepenuh malam (dari terbenamnya matahari hingga terbit kembali) dengan berbagai macam ibadah seperti: salat malam, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak berdo’a yang termasuk di dalamnya doa “Allahumma innaka ‘afuwwun karimun, tuhibbu al-‘afwa fa’fu ‘anni”.
وأوسطها أن يحيي معظم الليل بما ذكر - Dan standard nya ialah menghidupkan sebagian besar malam dengan berbagai macam ibadah yang disebutkan tadi.
وأدناها أن يصلي العشاء في جماعة ويعزم على صلاة الصبح في جماعة. - Adapun batas minimum nya adalah salat isya’ berjamaah dan beriktikad mengerjakan salat berjamaah subuh. Sebuah kaidah mengatakan “ما لا يدرك كله لا يترك كله” yang artinya: “sesuatu yang tidak bisa digapai keseluruhannya hendaknya tidak ditinggalkan semuanya”. Mungkin kita belum bisa memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan ini dari hari pertama, tetapi setidaknya kita masih memiliki kesempatan untuk beribadah secara maksimal dari sekarang sebelum berakhirnya bulan Ramadan di tahun ini, karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita masih bisa menghembuskan nafas di bulan Ramadan tahun berikutnya.
📚 Referensi:
HR. Muslim dan Hasyiyah Al-Bajuri ‘Ala Syah Ibn Qasim