Cinta Allah : Tafsir Surat al-Nisa 36-39
3 mins read

Cinta Allah : Tafsir Surat al-Nisa 36-39

Ayat yang lalu menjelaskan perintah keharusan berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan orang-orang terdekat seperti rekan kerja, teman belajar dan keluarga. Akhir ayat 36-39 dari surah al-Nisa menjelaskan bahwa Allah tidak mencintai hambanya yang tidak melakukan perintah tersebut, Allah berfirman:

 اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Sesunggunya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Imam Baidlawi menafsirkan kata مُخْتَالًا dengan tafsiran {مُتَكَبِّرًا يَأْنَفُ عَنْ أَقارِبِهِ وَجِيرانِهِ وأصحابِه ولا يَلْتَفِتُ إليهم } artinya Allah tidak menyukai orang yang meremehkan atau membanggakan diri dihadapan kerabat, tetangga dan para sahabatnya dan memalingkan muka dari mereka. فَخُوْرًا {يتفاخر عليهم}   berlagak sombong atas mereka orang-orang terdekatnya.

الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ وَيَأْمُرُوْنَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ

Ayat sebelumnya ditutup dengan ungkapan ketidaksenangan Allah kepada orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Mereka itu adalah orang-orang yang enggan berbagi {بخل } dan juga menyuruh orang lain agar berbuat yang sama (kikir) dengan cara menghalangi orang lain dengan ucapan: {لا تنفقوا أموالكم فإنا نخشى عليكم الفقر } artinya janganlan kalian berinfaq, kami mengkhawatirkan kalian nantinya menjadi fakir.

وَيَكْتُمُوْنَ مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ

Diantara hamba yang tidak disukai oleh Allah adalah mereka yang menyembunyikan karunia yang dianugerahkan Allah kepada mereka seperti kekayaan dan ilmu, padahal kekayaan harta tidak akan dibawa olehnya ketika masuk ke dalam liang kubur. {فهم أحقاء بكل ملامة } mereka yang kikir berhak mendapatkan teguran atau celaan.

وَاَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابًا مُّهِيْنًاۚ

Kami telah menyediakan azab yang menghinakan untuk orang-orang  kafir  nikmat, baik nikmat ilmu dengan tidak mengamalkannya atau nikmat harta dengan tidak mengingfakkannya. Sebagaimana mereka menghinakan nikmat dengan tidak mensyukurinya yaitu dengan berinfak atau mengamalkan ilmu, atau menyebunyikan hartanya (pura-pura miskin), maka kami hinakan pula mereka dengan menyiksa mereka.

وَالَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ رِئَاۤءَ النَّاسِ

(Allah juga tidak menyukai) orang-orang yang menginfakan hartanya karena tujuan utamanya riya (ingin dilihat) orang lain. Alasan kenapa Allah menyamakan orang kikir dengan orang yang suka infak tapi riya karena keduanya sama-sama melampaui batas, sama-sama melakukan keburukan atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan prosedurnya yaitu kikir atau infak karena riya’.

 وَلَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang kafir atau munafik dengan karakter-karakter buruknya (sebagaimana ayat sebelumnya), mereka telah menjadikan setan (yang menggoda mereka agar kikir, riya dan sombong) sebagai teman, padahal teman yang seperti itu merupakan teman yang paling buruk atau seburuk-buruknya teman karena telah mendoktrin sifat-sifat tercela seperti sombong, kikir dan sifat buruk lainnya.


وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللّٰهُۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِهِمْ عَلِيْمًا

Apa ruginya (apa yang membuat mereka berat) seandainya mereka melakukan kedua-duanya yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir serta menginfakan sebagian karunia Allah yang dianugerahkan kepada mereka. Allah maha tahu kebaikan yang seandainya mereka mau melakukannya.

Ayat yang terakhir ini juga merupakan celaan kepada mereka yang tidak mampu merubah keyakinan bahwa kebaikan berinfak itu sangat besar manfaatnya baik dalam kehidupan di dunia bahkan di akhirat. Ayat ini juga merupakan motivasi bagi mereka untuk melakukannya, mendorong mereka untuk berfikir hikmah-hikmah dibalik perintah ini. Wallahu A’lam.[1]

Baca Juga


[1] Imam al-Baidhāwī al-Baidhāwī, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Juz 1 (al Maktabah al-Tawfiqiyyah, 2016).

Author