Antara Pengetahuan Konseptif dan Asensif
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya, bahwa media atau alat untuk mengetahui Allah adalah nalar Akal (nadzari); dengan artian: keberadaan dan sifat tuhan tidak bisa diakses menggunakan indera sebagaimana pengetahuan bahwa gunung warnanya hitam (bisa diketahui melalui indera), atau dengan perasaan dan firman, atau dengan akal secara aksiomatik (seperti pengetahuan bahwa dua hal yang kontradiktif mustahil bersatu). Dengan ini, bisa diketahui bahwa mengenal Allah beserta sifatnya masuk kategori pengetahuan yang bersifat nadzari (nalar).
Ada sebagian kelompok yang tidak percaya akan fungsi akal yang bisa melahirkan pengetahuan, seperti kalangan sofisme yang beranggapan bahwa media atau alat mengetahui hanya terbatas pada indera dan infomasi mutawatir saja (banyak perawinya hingga mencapai jumlah yang mustahil bersepakat dalam kedustaan). Pendapat dari kelompok ini (sofisme) tidak layak mendapatkan perhatian; karena asumsi ini akan terbantahkan oleh asumsi mereka sendiri; buktinya adalah: Mereka mengetahui bahwa pengetahuan hanya dapat diakses menggunakan paca indera, sedangkan pengetahuan bahwa alat mengetahui hanya terbatas pada indera merupakan pengetahuan yang tidak bisa diakses dengan indera. Sehingga, klaim mereka akan ketiadaan ilmu yang bersifat rasional terbantahkan oleh klaim mereka sendiri.
Baca Juga
- Ilmu Kalam, Usuluddin, dan Ilmu Tauhid?
- Antara Sifat Qudrat dan Nasib Hamba
- Media Mengenal Allah SWT
Sekarang anda mengetahui obyek dari kata panas dan dingin, anda mengetahui makna dari kata malaikat, sekaligus anda mengetahui bahwa antara positif dan negasi tidak bisa secara bersamaan menghilang; seperti kata ada dan tidak ada secara bersamaan tidak ada, anda mengetahui bahwa ini mustahil; contoh; anda mengetahui bahwa mustahil jika HP dikatakan tidak (ada) dan tidak (tidak ada) -tidak bisa dikatakan tidak ada dan tidak bisa dikatakan ada-; Karena antara ada dan tidak ada harus ada salah satunya.
Beberapa pengetahuan yang sudah disebutkan ini merupakan pengetahuan yang sifatnya berbeda…..silahkan simak penjelasan setelah ini……..
Sebelum melangkah pada sesi ketuhanan, alangkah baiknya mengetahui hal yang berkaitan dengan pengetahuan.
Pengetahuan manusia hanya terbatas pada dua, antara mengetahui makna (konsep) dan mengetahui relasi. Mengetahui makna dalam bahasa arab biasa dikenal dengan istilah tasawur (pengetahuan yang bersifat konsep), seperti anda mengetahui maksud dari kata sepeda, laptop, manusia, dan sebagainya. Sedangkan mengetahui relasi dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Tasdiq (pengetahuan yang bersifat justifikasi atau sasensi), seperti anda mengetahui bahwa sosok Umar sedang berdiri, sosok Umar adalah orang jahat, dan sosok Umar adalah baik. Pengetahuan ini (Tasdiq) merupakan pengetahuan yang merelasikan antara dua konsep, dalam contoh diatas (Umar adalah orang baik) terdapat dua konsep yaitu Umar dan Baik sehingga pengetahuan akan gabungan Umar dan baik merupakan pengetahuan yang bersifat jastifikasi.
Masing-masing dari pengetahuan konsep (Tasawur) dan pengetahuan relasi (Tasdiq) terbagi menjadi dua: yaitu Aksiomatik atau tidak membutuhkan nalar (dlaruri) dan membutuhkan nalar (nadzari).
Contoh dari tasawur yang bersifat Aksiomatik adalah mengetahui arti panas dan dingin, dan contoh dari tasawur yang bersifat nadzari (nalar) adalah mengetahui arti malaikat dan jin. Sedangkan contoh dari Tasdiq yang bersifat Aksiomatik adalah mengetahui bahwa dua hal yang bertentangan mustahil ada secara bersamaan, dan contoh dari Tasdiq yang bersifat nadzari adalah Allah adalah pencipta.
Untuk penjelasan yang lebih panjang, akan dijumpai pada sesi selanjutnya……
Bersambung…
Catatan Muthala’ah Syarh Ma’alim Ushuliddin