Pemuda dalam Al-Qur’an : Refleksi Hari Sumpah Pemuda
96 tahun yang disilam, 17 Tahun sebelum Indonesia merdeka, Sumpah Pemuda dicetuskan oleh para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928.
Pertama: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA. Kedoea: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA. Ketiga: KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.
Sumpah Pemuda ini menunjukkan tekad yang kuat untuk menyatukan bangsa dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Esensi dari Peringatan Sumpah Pemuda terletak pada semangat juang yang kokok, tekad yang kuat, semangat persatuan, keberanian, dan komitmen para pemuda Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa.
Semangat juang dan keteguhan anak muda tidak hanya ada di Indonesia, Islam memberikan perhatian khusus kepada peran pemuda dalam pembangunan peradaban bangsa. Dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa kisah yang menampilkan keteladanan dan kekuatan iman anak-anak muda.
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba menguraikan 2 kisah yang dapat dijadikan sebagai pelajaran penting bagi kaum pemuda zaman now. 2 kisah tersebut adalah kisah pemuda Ashabul Kahfi dan Ibrahim.
- Ashabul Kahfi (Pemuda Gua)
Al-Qur’an Surah Al-Kahfi ayat 9–26, telah meceritakan tentang sekelompok pemuda yang berlindung di dalam gua untuk menyelamatkan iman mereka dari penguasa yang dzalim. Allah menjaga dan melindungi mereka selama 309 tahun dalam tidur sebagai bukti kekuasaan-Nya (QS. Al-Kahfi 25) Pemuda Ashabul Kahfi adalah simbol keteguhan iman dan keberanian para pemuda dalam menghadapi tantangan dan rintangan untuk mempertahankan keimanan, keyakinan dan komitmen beragama.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Kahf ayat 10
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.”
Dalam ayat ini, Allah swt mengisahkan kisah Aṣḥābul Kahf yaitu para pemuda di suatu negeri, karena takut penganiayaan dan kedzaliman rajanya, pergi mencari perlindungan ke dalam gua pada sebuah gunung. Di dalam gua inilah mereka membulatkan tekadnya, menghabiskan masa remajanya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah swt. Mereka berdoa kepada Allah memohon limpahan rahmat dari sisi-Nya. Mereka juga mengharapkan ampunan, ketenteraman, dan rezeki dari Allah. Selain itu, pemuda Ashabul Kahfi juga memohon agar Allah memudahkan bagi mereka jalan yang benar untuk menghindari godaan dan kezaliman orang-orang kafir dan memperoleh ketabahan dalam menaati Tuhan sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di era globalisasi yang serba digital seperti saat ini, para pemuda Indonesia seyogyanya harus membekali diri dengan keimanan yang tangguh, memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sehingga tidak terombang-ambing dengan kemajuan zaman dan tidak tercerabut dari budaya bangsa Indonesia.
- Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim dikenal sebagai seorang pemuda yang menentang penyembahan berhala yang dilakukan kaumnya. Dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 60, disebutkan bahwa ia dihina dan dianggap sebagai perusak oleh kaumnya karena menghancurkan berhala-berhala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُ ۗ
Mereka (para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.” (Al-Anbiyā’ [21]:60)
قَالَ بَلْ فَعَلَهٗ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا فَسْـَٔلُوْهُمْ اِنْ كَانُوْا يَنْطِقُوْنَ
Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya (patung) besar ini yang melakukannya. Tanyakanlah kepada mereka (patung-patung lainnya) jika mereka dapat bek.” (Al-Anbiyā’ [21]:63)
Ibrahim menjawab dengan jawaban yang mengejutkan untuk memberi pelajaran kepada mereka. Beliau berpura-pura tidak mengaku dirinya yang merusak patung-patung itu. Dia menjawab, “Sebenarnya patung besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” Melalui jawaban ini pemuda Ibrahim menyadarkan mereka bahwa patung itu tidak patut disembah.
Nabi Ibrahim menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa sejak muda, bahkan saat harus berhadapan dengan orang tuanya sendiri. Tidak hanya itu, jawaban Ibrahim di atas menggambarkan kebijaksanaan dan kekuatan logikanya dalam menghadapi penyembah berhala. Jawaban ini membuat mereka terdiam sejenak, karena secara logis mereka tahu patung tersebut tidak bisa berbicara, bergerak, atau melakukan apapun. Ibrahim kemudian melanjutkan dengan argumen bahwa benda-benda yang mereka sembah itu sebenarnya tidak memiliki kekuatan, tidak bisa berbicara, apalagi memberikan manfaat atau mudarat.
Melalui logika dan kata-katanya yang tajam, Ibrahim ingin menyadarkan kaumnya bahwa menyembah benda mati adalah tindakan yang keliru.
Kisah Ibrahim membawa banyak pelajaran yang relevan untuk pemuda masa kini, terutama tentang keteguhan prinsip, keberanian menghadapi tekanan sosial, dan penggunaan akal sehat dalam membedakan yang benar dan salah.
Di era modern ini, dengan berbagai pengaruh global yang masuk melalui teknologi, informasi, dan budaya, pemuda dapat belajar dari Ashabul Kahfi dan Ibrahim tentang keteguhan iman, ketahanan mental, perlindungan diru, keberanian menghadapi tekanan sosial, dan penggunaan logika dan berfikir kritis dalam menghadapi fakta-fakta dan problematika sosial kemasyarakatan.
Keteguhan Memegang Prinsip dan Identitas
Ashabul Kahfi mencontohkan keteguhan untuk tetap beriman meskipun hidup di lingkungan yang tidak mendukung. Di era globalisasi, pemuda sering terpapar nilai dan budaya yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan keyakinan atau nilai mereka. Penting bagi pemuda untuk tetap memegang teguh identitas mereka dan mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang mereka yakini, bahkan ketika menghadapi arus yang berlawanan.
Menjaga Lingkungan yang Positif
Ashabul Kahfi saling mendukung satu sama lain untuk tetap teguh dalam keyakinan mereka. Pemuda masa kini juga harus memilih lingkungan yang mendukung pertumbuhan iman dan karakter mereka, serta menjauhi lingkungan yang memberikan pengaruh negatif. Bersahabat dengan orang-orang yang memiliki visi yang sama akan membantu pemuda tetap berada di jalur positif dan menghindari godaan dari pengaruh global yang negatif.
Beradaptasi dengan Kemajuan tanpa Kehilangan Nilai-nilai Dasar
Ketika Ashabul Kahfi bangun, mereka menemukan dunia telah berubah. Meski demikian, mereka tetap teguh dengan keyakinan mereka. Demikian juga, pemuda di era globalisasi harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai dasar yang mereka yakini. Kemajuan seharusnya tidak mengubah prinsip hidup, melainkan menjadi alat untuk memperkuatnya.
Berani Berpikir Kritis
Pemuda zaman now harus mampu berfikir kritis Ibrahim mengajarkan pentingnya berpikir kritis dan tidak mengikuti sesuatu hanya karena menjadi tradisi atau kebiasaan umum. Pemuda zaman sekarang juga dihadapkan dengan banyak pilihan dan tren yang mungkin populer, namun tidak selalu benar. Pemuda harus berani meneliti, bertanya, dan mempertimbangkan apakah hal tersebut sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang diyakininya.
Berani Menghadapi Tekanan Sosial
Di tengah masyarakat yang menolak pandangannya, Ibrahim tetap teguh meskipun berada dalam tekanan. Pemuda masa kini juga sering menghadapi tekanan sosial untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan keyakinan atau nilai mereka. Mengikuti contoh Ibrahim, pemuda harus berani mengambil sikap meskipun mungkin berlawanan dengan arus sosial.
Menjadi Agen Perubahan yang Positif
Ibrahim adalah contoh seorang pemuda yang ingin mengubah masyarakatnya menuju kebaikan. Pemuda masa kini juga bisa mengambil inspirasi ini untuk berkontribusi menjadi agen perubahan di lingkungan mereka, seperti dalam hal pendidikan, kesehatan, lingkungan, atau memperjuangkan keadilan sosial.
Dua kisah Ashabul Kahfi dan Ibrahim menunjukkan bahwa pemuda memiliki kekuatan besar dalam membawa perubahan positif. Dengan memegang teguh prinsip kebenaran, keberanian, dan logika, pemuda dapat menjadi inspirasi bagi orang lain dan menjadi agen perubahan positif bagi bangsa dan negara khususnya warga sekitarnya.