Benarkah Karakter Manusia Bisa Berubah Menurut Islam
Setiap manusia mempunyai karakter atau watak yang tidak sama. Watak atau karakter tersebut merupakan sebuah pembawaan diri manusia yang rupanya sulit untuk dirubah, bahkan lembaga pendidikan pun tidak bisa menjamin mampu merubah watak atau karakter seseorang dengan sempurna. Oleh sebab itu, wajar saja sebagian orang berpandangan bahwa watak atau karakter manusia itu tidak bisa dirubah.
Sebagaimana penampilan fisik manusia, karakternya pun tidak bisa dirubah, jikalaupun bisa maka mungkin itu hanya bersifat sementara. Contoh kecil dari bentuk fisik ialah warna kulit. Seseorang yang sudah terlahir dengan kulit putih, meskipun sering terkena terik matahari kulitnya tidak akan berubah menjadi hitam, begitu juga sebaliknya. Dan orang yang terlahir dengan ciri fisik kurus, dia tidak akan mudah menjadi gemuk karena banyak makan, demikian pula sebaliknya.
Banyak sekali orang yang berkeinginan memiliki jiwa, watak, dan karakter yang baik, namun nyatanya keinginan itu sulit sekali untuk terealisasi. Para pencuri, perampok, pencopet atau apa saja istilahnya yang memiliki arti serupa itu, mereka tidak mampu menghentikan perilaku buruknya itu. Dan tidak sedikit dari mereka pada dasarnya sudah tahu bahwa pekerjaan tersebut merupakan hal yang tercela, tetapi tetap saja dikerjakan. Contoh lainnya, seseorang yang berjiwa pemarah, sombong, hasut, pendengki, dan semacamnya, sekalipun menyadari bahwa semua itu adalah sifat buruk, tetapi juga tidak mudah menghentikan dirinya sendiri dari sifat itu.
Baca Juga
Tuhan dan Ampunan-Nya kepada Seorang Pelacur
Dari sini timbul beberapa pertanyaan, bagaimana Islam memandang karakter atau watak manusia, apakah mungkin bisa berubah, dan bagaimana langkah-langkah yang diajarkan syariat untuk mewujudkan hal tersebut.
Karakter sama artinya dengan kata mufrad (al-khuluq) atau jama’ (al-alkhlaq). Al-Imam Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
“فالخلق عبارة عن هَيْئَةٌ فِي النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْهَا تُصْدِرُ الْأَفْعَالَ بِسُهُولَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ إِلَى فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ.”
“Akhlak merupakan ungkapan untuk sikap dalam diri seseorang yang berakar dari dalamnya, yang memunculkan perbuatan-perbuatan dengan ringan dan mudah tanpa butuh berfikir maupun perencanaan.”
Dalam hal ini beliau menjelaskan bahwa jika karakter dalam diri seseorang memunculkan perilaku-perilaku baik dan terpuji maka hal itu disebut akhlaq yang baik/terpuji. Namun jika perbuatan yang timbul dari karakter itu merupakan perilaku-perilaku yang buruk maka hal itu disebut sebagai akhlaq yang jelek/tercela. Lantas, mungkinkah seseorang merubah karakter yang sudah tertanam dalam dirinya.
Menurut Asy-Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Syarh Hadith Al-Arbain, sejati pun akhlak pada dasarnya merupakan watak alami dalam diri manusia, namun tidak menutup kemungkinan seseorang dapat meniru karakter orang lain untuk merubahnya, bahkan pepatah “[lebih baik menjadi diri sendiri]” tidaklah selamanya tepat. Dengan harapan pada suatu waktu karakter yang ada pada dirinya bisa berubah menjadi pribadi yang baik. Hal ini selaras dengan hadith Nabi:
“حَسِّن خُلُقك مع الناس”
“Baguskanlah akhlakmu ketika berinteraksi dengan manusia”
Dari hadith ini kita bisa tahu bahwa memperbaiki karakter dalam diri seseorang itu perlu adanya usaha dari orang itu sendiri.
Berikut adalah tips-tips yang bisa digunakan untuk memperbaiki karakter seseorang menurut Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Fathul Mubin Syarh Hadith Al-Arba’in:
- Melihat segala sisi akhlak Rasulullah SAW. Kemudian berusaha sebisa mungkin untuk meneladaninya karena Rasulullah SAW sendiri adalah sosok uswatun hasanah / al-matsal al-a’la (panutan tertinggi).
- Berteman dengan orang-orang yang memiliki tingkah laku yang baik, dan berusaha untuk mengikutinya.
- Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan perilaku-perilaku yang tidak baik.
- Melatih diri agar senantiasa berperilaku baik dan berkepribadian mulia.
Dengan melalui rangkaian tips ini, seseorang akan mendapatkan pahala karena alasan tadi, bahwa proses memperbaiki akhlak merupakan usaha dari diri seseorang sebagaimana dijelaskan dalam hadith.
Memang tidaklah mudah merubah sesuatu yang sifatnya tabiat alami seperti halnya karakter manusia. Namun bukan berarti mustahil, hanya saja perlu adanya pembiasaan. Dalam salah satu kumpulan hikmah nya, Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata:
“العَادَة إذَا رَسَخَتْ نَسَخَتْ”
“Sebuah kebiasaan ketika sudah mengakar maka ia bisa menghapus kebiasaan yang lain.”
- Ihya’ Ulumuddin, Al-Ghazali
- Fathul Mubin fi Syarh Al-Arba’in, Ibnu Hajar Al-Haitami
- Hikam Al-Imam Al-Haddad
One thought on “Benarkah Karakter Manusia Bisa Berubah Menurut Islam”